Perilaku Konsumtif Netizen 2025: Antara Hiburan dan Impuls Digital

perilaku konsumtif netizen 2025

Fenomena perilaku konsumtif netizen 2025 menjadi perhatian baru di dunia digital. Dengan hadirnya e-commerce, live shopping, dan iklan personal dari algoritma, belanja kini bukan lagi kebutuhan, tapi bagian dari hiburan harian.

Menurut DataReportal 2025, 71% pengguna internet di Asia Tenggara mengaku pernah melakukan pembelian impulsif lewat media sosial dalam sebulan terakhir.


Apa Itu Perilaku Konsumtif Digital?

Perilaku konsumtif digital adalah kecenderungan pengguna internet untuk membeli produk berdasarkan dorongan emosional, bukan kebutuhan rasional. Media sosial dan algoritma kini memainkan peran besar dalam mendorong perilaku ini.

Baca juga: Etika Digital 2025: Batas Baru Interaksi Netizen .

Menurut TechCrunch, teknologi AI di platform e-commerce mampu memprediksi perilaku belanja seseorang dengan akurasi hingga 92%, menciptakan sistem belanja yang benar-benar personal.


Penyebab Perilaku Konsumtif 2025

  1. Algoritma Iklan Pintar.
    Rekomendasi produk sesuai hobi, lokasi, dan waktu aktif pengguna.
  2. Live Shopping & Influencer.
    Gaya promosi real-time menimbulkan rasa urgensi (“beli sekarang sebelum habis!”).
  3. Gamifikasi Belanja.
    Poin reward, cashback, dan spin wheel membuat pengalaman belanja terasa seperti bermain game.
  4. FOMO (Fear of Missing Out).
    Netizen takut ketinggalan promo, tren, atau produk viral.

Menurut Hootsuite 2025, rata-rata pengguna TikTok Shop dan Shopee menonton 12 menit live shopping per hari.


Dampak bagi Netizen

  • Positif:
    • Akses mudah ke berbagai produk.
    • Peluang bisnis kecil makin besar.
    • Hiburan dan interaksi sosial lewat belanja online.
  • Negatif:
    • Meningkatnya utang konsumtif digital.
    • Kecanduan promo dan flash sale.
    • Menurunnya kontrol finansial pribadi.

Prediksi Tren Belanja Digital ke Depan

Beberapa arah perkembangan perilaku konsumtif netizen 2025:

  • AI Shopper. Asisten belanja otomatis akan muncul di aplikasi e-commerce.
  • Social-Commerce Hybrid. Batas antara media sosial dan toko online makin kabur.
  • Belanja Emosional. Iklan makin personal, memanfaatkan ekspresi wajah dan suara pengguna.
  • Sustainability Awareness. Muncul tren “slow shopping” untuk melawan konsumtif berlebihan.

Menurut Social Media Today, 2025 adalah tahun di mana perilaku belanja netizen akan lebih emosional dibanding rasional.


Kesimpulan

Perilaku konsumtif netizen 2025 adalah cerminan budaya digital yang serba cepat, instan, dan emosional. Di satu sisi, ia membuka peluang bisnis besar, namun di sisi lain menimbulkan tantangan keuangan pribadi bagi pengguna.

Solusinya bukan berhenti berbelanja, tetapi menjadi netizen yang lebih sadar: bedakan antara “ingin” dan “butuh”, serta kelola waktu dan uang dengan bijak.