Budaya FOMO Digital di Kalangan Gen Z dan Milenial 2025

FOMO digital 2025

Fenomena FOMO digital 2025 (fear of missing out) semakin mengakar, terutama di kalangan Gen Z dan milenial. Rasa takut tertinggal informasi, tren viral, atau interaksi sosial digital kini jadi budaya sehari-hari.

Menurut laporan DataReportal 2025, lebih dari 72% pengguna media sosial usia 18–34 tahun mengaku mengalami FOMO digital minimal sekali dalam seminggu.


Apa Itu FOMO Digital?

FOMO digital adalah kecemasan karena merasa tertinggal dari tren online, entah itu konten viral, berita terbaru, atau sekadar update teman.

Baca juga: Gaya Komunikasi Gen Z di Era Digital 2025 .

Menurut Psychology Today, FOMO termasuk salah satu bentuk “anxiety modern” yang dipicu oleh budaya hiper-koneksi di media sosial.


Kenapa Gen Z dan Milenial Rentan?

Ada beberapa faktor kenapa FOMO digital 2025 paling banyak dialami generasi muda:

  1. Aktif di Banyak Platform.
    Rata-rata Gen Z menggunakan 5 aplikasi sosial harian.
  2. Kebutuhan Eksistensi Online.
    Identitas sosial mereka erat dengan keaktifan digital.
  3. Budaya Viral Cepat.
    Konten bisa booming dalam hitungan jam, membuat netizen takut ketinggalan.

Menurut Hootsuite 2025, engagement tertinggi dari Gen Z terjadi saat jam 20.00–22.00, di mana mayoritas tidak ingin melewatkan update terbaru.


Dampak FOMO Digital

FOMO digital punya dampak ganda:

  • Negatif:
    • Tingkat stres dan kecemasan meningkat.
    • Pola tidur terganggu karena “scrolling sebelum tidur”.
    • Menurunnya fokus kerja dan belajar.
  • Positif:
    • Meningkatkan kecepatan akses informasi.
    • Memperkuat interaksi komunitas online.
    • Jadi peluang bagi kreator dan brand untuk cepat viral.

Prediksi Tren FOMO ke Depan

Tren FOMO digital 2025 diprediksi akan berkembang ke arah:

  • FOMO Ekonomi. Rasa takut ketinggalan promo flash sale, kripto, dan investasi digital.
  • FOMO Komunitas. Netizen makin fokus pada grup niche sehingga takut tertinggal update komunitasnya.
  • AI Notification. Algoritma akan makin pintar memicu rasa FOMO dengan notifikasi personal.

Menurut TechCrunch, platform besar tengah menguji fitur “detoks digital”, namun banyak diprediksi tidak akan mengurangi FOMO, melainkan memperhalus cara penyajiannya.


Kesimpulan

FOMO digital 2025 adalah budaya yang makin melekat di kalangan Gen Z dan milenial. Bagi kreator dan brand, fenomena ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan engagement. Namun, bagi netizen, penting untuk mengelola waktu digital agar tidak jatuh pada kecemasan berlebihan.

Di era ini, bukan hanya soal “ikut tren”, tapi bagaimana bijak memilih tren yang benar-benar bermanfaat.